Masa Depan Seorang Anak Tergantung Kepada Orang Tua, Benarkah ?
Melihat realita, kita lihat ada orang bau tanah yang berhasil dalam mendidik anak, ada juga yang gagal. Kegagalan orang bau tanah dalam mendidik anak, umumnya alasannya yaitu kesalahan orang bau tanah itu sendiri, yang kurang cakap dalam bekerjasama dengan anaknya sendiri.
Tidak sedikit orang bau tanah yang terus mengulang kesalahan secara turun-temurun, mengulang kesalahan dalam mendidik anak sebagaimana kesalahan orang tuanya dahulu dalam mendidik dirinya
Kalau melihat banyak sekali fakta yang ada di lapangan ada banyak sekali kesalahan-kesalahan orang bau tanah dalam mendidik anak. Sehingga hal ini menjadi “dosa” orang bau tanah kepada anaknya sendiri. Berikut saya sebutkan dosa-dosanya itu:
1. Orang Tua ‘Pelit’ Memberi Pujian
Seorang pakar parenting menyebutkan bahwa kerusakan negara ini sekarang, berasal dari rumah. Banyak orang bau tanah tidak sabaran terhadap anaknya, dan seringkali salah dalam bersikap yang benar. Contohnya yaitu orang bau tanah mengancingkan baju anaknya, padahal anak butuh diajarkan dan dilatih untuk mengancingkan baju sendiri.
Selain itu, banyak orang bau tanah yang justru dirinya yang mengerjakan PR sang anak. Perbuatan orang bau tanah menyerupai ini menjadikan tidak menumbuhkan rasa percaya diri anak. Sikap ini yaitu sebuah kesalahan, yang bisa fatal alhasil bagi perkembagnan jiwa anak.
Lihatlah ketika anak didorong untuk mencoba mengancingkan baju sendiri, dirinya akan sangat besar hati dan senang ketika berhasil mengancingkan baju sendiri. Perhatikan ketika anak dengan bahagianya menyampaikan “Mama dari lima kancingku, saya bisa dua”. Orang bau tanah akan melihat pancaran di wajah anaknya yang berseri-seri.
Banyak orang bau tanah yang tidak sabar melihat anaknya yang sedang berguru memasang kancing. Sehingga dari sifat negatif orang bau tanah inilah, yang memicu banyak orang bau tanah pelit memberi kebanggaan pada anaknya. Padahal kebanggaan sangat diharapkan untuk memotivasi anak biar terus berkembang dan bersemangat.
Kalau dilihat praktek di lapangan, maka sangat jarang orangtua yang ‘berkenan’ untuk menggerakan lidahnya memberi kebanggaan pada anak.
Bahkan, lebih buruk lagi, banyak orang bau tanah yang justru ‘semangat’ sekali untuk mencela dan menghina anak ketika mereka melaksanakan kesalahan. Ini terperinci tidak adil dan tidak seimbang.
2. Berlebihan Dalam Meberikan Pujian
Menurut sebuah penelitian, menemukan sebuah fakta bahwa orang bau tanah yang terlalu sering memuji anak bisa membuat tumbuh kembang anak menjadi berjalan lambat.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan peneliti dari Universitas Inggris, Amerika dan Belanda, mengungkapkan bahwa terlalu sering memuji pada anak yang pemalu, bisa membuat jiwanya tertekan.
Demikian juga terlalu sering memuji anak yang mengalami kepercayaan diri yang rendah, juga membuat anak sangat tertekan. Kondisi anak tertekan ini terjadi akhir orang bau tanah menunjukkan kebanggaan secara tidak sempurna dan tidak sesuai porsinya.
Dimana kebanggaan yang diterimanya justru membuat anak akan berpikir harus tampil lebih baik, kondisi ini berimplikasi pada kondisi jiwa anak yang sulit berkembang dan takut pada tantangan.
Hasil penelitian telah menunjukkan sebuah kesimpulan, bahwa terlalu sering dan berlebihan dalam menunjukkan kebanggaan pada anak, tidak efektif untuk perkembangan kemampuan dan jiwa anak.
3. Orang Tua Memberikan Pernyataan Negatif
Seringkali orang bau tanah murka dan tidak sanggup mengontrol emosinya ke anak. Misalnya orang bau tanah ingin anak ikut bahan ekstrakurikuler tertentu, ketika anak menolak maka serta merta orang bau tanah menyemprot anak dengan perkataan yang tajam, menyerupai “Kamu menyerupai orang yang pemalu!”, “Kamu begitu malas!” dan semacamnya.
Bentuk pernyataan yang menyerupai ini akan melukai hati anak, yang akan terus anak rasakan dalam waktu yang panjang. Hendaknya orang bau tanah menyampaikan bentuk pernyataan yang positif.
Ganti perkataan negatif berupa: “Kamu bodoh!”; diganti dengan “Jika kau berguru rajin, kau akan mendapat nilai yang lebih baik. Sebetulnya kau bisa untuk melakukannya.”
4. Orang Tua Terlalu Sering Memaksakan Kehendak
Belumlah tentu kehendak orang bau tanah bisa sama harapan anak. Sehingga sebuah kesalahan kalau orang bau tanah terlalu memaksakan kehendak pada anaknya. Respon anak yang umum terjadi ketika anak sering dipaksa pada hal yang dibencinya, yaitu anak akan melaksanakan perlawanan pada orang tuanya.
Sebuah kesalahan besar ketika anak tidak pauh kepada orang tuanya, akan tetapi hal yang lebih buruk lagi ketika orang bau tanah sendiri yang justru menjadi penyebab anak durhaka.
Jika oang bau tanah ingin memaksakan sesuatu pada anak, maka penting untuk dipertimbangkan terlebih dahulu, “Apakah hal yang ingin dipaksakan ini yaitu sesuatu yang darurat atau tidak?”
Jika Anda memaksa anak untuk melaksanakan sesuatu hal yang tidak penting, maka ini sebuah kesalahan besar. Sebelum memaksa anak, orang bau tanah juga harus menyiapkan alasan kuat yang sanggup memuaskan harti anak. Orang bau tanah bisa mematahkan argumentasi naak secara cerdas dan bijak.
Adapun kalau orang bau tanah memaksa anak hanya alasannya yaitu egoisme semata, maka ini sebuah kekonyolan yang jangan hingga dilakukan.
Akibat orang bau tanah terlalu sering memaksa anak sanggup menjadikan anak sulit untuk mempunyai pendirian yang kuat.
Anak yang sering menuruti kehendak orang bau tanah dalam kondisi takut, dimana anak kesulitan untuk mengungkapkan gagasannya. Hal ini menjadikan anak cenderung tidak punya pendirian, sehingga sifatnya yaitu menuruti semua kehendak orang lain.
Masalah ini akan terus berlanjut hingga dewasa, anak akan kesulitan dalam bergaul dengan orang-orang, serta akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini membuat karakternya lemah, dan sulit menjadi seorang pemimpin walaupun itu hanya pemimpin dalam sebuah kelompok kecil.
Bahaya lainnya dari anak yang terlalu sering dipaksa oleh orang tuanya, yaitu anak juga akan mempunyai sifat memaksa, hal ini akan diterapkan kepada lingkungnnya, baik itu teman-temannya, orang tuanya dan adiknya.
Sebagai pola kesalahan orang tua, yaitu orang bau tanah terlalu memforsir les pelajaran kepada anaknya, dimana anak DIPAKSA untuk les semua mata pelajaran, sehingg anak dalam setiap hari selalu ikut les.
Anak setiap hari harus berangkat les, walaupun sang anak terlihat sangat jenuh dan tidak kuat, tetapi orang bau tanah terus memaksa. Hal ini bisa mengakibatkan anak beresiko tinggi mengalami stres, alasannya yaitu anak dipaksa untuk melaksanakan hal-hal yang tidak disukainya.
Lain halnya kalau anak sendiri yang suka dan bersemangat untuk les setiap hari, dari pagi hingga malam terus bersemangat belajar. Maka hal ini, bukan orang bau tanah yang memaksa.
5. Orang Tua Menyuruh yang Tidak Dilakukannya
Hal yang sangat disayangkan, seringkali orang bau tanah menunjukkan perintah yang ‘tidak bermakna’ kepada anaknya, dimana perintahnya tidak diimbangi dengan keeladanan. Sebagai pola yang lucu sekaligus ngeselin, seorang bapak melarang anaknya yang masih Sekolah Menengah Pertama merok*k. Akan tetapi si bapak malah menghabiskan dua bungkus rok*k dalam sehari.
Contoh lainnya, seorang ibu menyuruh anaknya belajar, tetapi dirinya sendiri malah menonton TV program infotaiment atau sinetron.
Perlu diketahui orang tua, seorang anak tidak akan bisa menyerupai yang diinginkan orang tuanya, apabila orang tuanya sendiri tidak mempraktekan hal-hal baik di depan anaknya sendiri.
Bagi anak, sebuah praktek konkret akan jauh lebih kuat daripada hanya berupa perintah dan ceramah. Sehingga jadilah orang bau tanah yang lidahnya yaitu hatinya, serta ucapannya yaitu perbuatannya.
Dalam sejarah perjalanan umat manusia, orang bau tanah berhasil dalam mendidik anak berkat didikan berbentuk praktek keteladan eksklusif pada anaknya.
6. Memberi Label Buruk pada Anak
Hal ini yang sering terjadi secara tidak sadar pada orang tua. Dimana tidak jarang orang bau tanah mengucapkan kalimat-kalimat ‘berbahaya’ yang merendahkan diri sang anak. Sebagai pola menyampaikan bahwa anak bodoh, goblok, gak ada gunanya dan banyak sekali kalimat menyakitkan lainnya.
Hal yang sangat jelek, yaitu orang bau tanah menunjukkan cap pada anaknya dengan cap yang sangat buruk. Akibat anak sering dihina dan direndahkan maka anak akan menjadi sosok yang rendah diri dan tidak percaya diri.
Sebuah kesalahan besar orang tua, menjadikan anaknya tumbuh dengan ‘sejuta’ pikiran negatif. Adapun yang diharapkan anak yaitu kata-kata motivasi yang akan menyemangatinya.
7. Orang Tua Melarang Anak Menangis
Ketika anak mengalami suatu problem hingga anak menangis, baik problem yang besar maupun problem sepele berdasarkan versi orang tua. Banyak kesalahan dilakukan orang bau tanah ketika kondisi menyerupai ini.
Ketika anak menangis, dimana kondisi kejiwaan anak sedang tertekan, labil dan tidak tenang. Maka seringkali orang bau tanah jusru memarahinya kemudian meminta anak untuk berhenti menangis.
Ini sebuah kesalahan... Hindari menyampaikan atau mecela anak cengeng dan semacamnya. Kemudian orang bau tanah tidak perlu memaska anak untuk berhenti menangis. Hal itu alasannya yaitu ketika menangis, hakekatnya anak sedang menumpahkan perasaannya, sehingga nantinya hatinya lega. Lagi pula sehabis capek, anak akan berhenti menangis.
Menangis yaitu sesuatu yang masuk akal bagi manusia. Sehingga jangan hingga orang bau tanah menanamkan pemahaman absurd pada anak bahwa menangis yaitu sesuatu yang tabu. Padahal menangis itu --seperti dikatakan psikolog-- merupakan verbal dari emosi tertentu yang dimiliki oleh setiap manusia.
Yang perlu dilakukan orang bau tanah yaitu menayakan dengan hening ihwal penyebab sang anak menangis. Lalu berikan rasa simpati padanya.
8. Membanding-bandingkan Anak Dengan Anak Lainnya
Membandingkan anak sendiri bahwa anak tetangga lebih baik dari dirinya, ataupun menyampaikan “Lihat kakakmu nilainya bagus-bagus, Kamu jeblok semua nilanya? Dan kalimat semacanya.
Anak yang suka dibanding-bandingkan dengan anak lainnya yang lebih cerdik atau manis nilainya, maka dirinya akan merasa menyerupai tidak diterima oleh orang tuanya sendiri. Hal ini berbahaya, alasannya yaitu anak akan merasa tidak senang di tengah keluarganya sendiri.
Sehingga akhirnya anak mencoba mencari daerah ‘kebahagiaan’ di luar rumah. Anak akan rentan dengan tempat-tempat buruk, menyerupai berada di daerah nogkrong gak terperinci dan merusak, anak merok*k, alk*hol, nark*ba, dll.
9. Orang Tua Menumbuhkan Rasa Takut & Minder Pada Anak
Tidak jarang orang bau tanah yang menunjukkan citra menakutkannya ihwal hantu, jin dan lainnya. Hal ini tidak baik, alasannya yaitu bia mengakibatkan anak tumbuh menjadi sosok seorang yang penakut. Bahkan ada anak yang takut pada bayangannya sendiri. Hal ini akan sangat merugikan proses tumbuh kembang anak.
Yang sering terjadi, anak takut ke kamar mandi alasannya yaitu mendengar kisah hal-hal yang khurofat atau tidak benar. Contoh lainnya ketika anak terluka, maka jangan membuat panik yang membuat anak semakin ketakutan psikologisnya. Hendaknya orang bau tanah tetap hening dan menampakkan wajah yang kalem.
10. Mendidik Anak Menjadi Sosok yang Sombong dan Keras Hati
Kesalahan di poin ke-10 ini yaitu kebalikan dari kesalahan orang bau tanah yang menjadikan anak menjadi penakut. Kesalahannya yaitu orang bau tanah ‘mendoktrin’ anak bahwa orang yang berani maka harus bersikap sombong atau congkak.
Yang benar yaitu perilaku berani harus pada tempatnya, demikian juga rasa takut pada tempatnya yang tepat.
Misalnya takut berbohong, maka hal ini benar dilakukan alasannya yaitu bohong merupakan ‘kegelapan’ dosa besar. Hal ini termasuk bohong yang hanya alasannya yaitu ingin bergurau / becanda saja, maka ini juga dihentikan (sebagaimana yang tercantum pada hadist Nabi).
Adapun anak dididik menjadi berani pada hal-hal yang seseorang harus berani padanya, menyerupai anak dihentikan takut untuk maju ke depan kelas, tidak takut mengungkapkan pendapatnya yang bagus, dan semacamnya.
11. Membiasakan Anak-Anak Hidup Manja dan Berfoya-Foya
Anak yang tumbuh dalam kemewahan maka dirinya hanya mengenal bersenang-senang saja. Hal ini tidaklah baik, alasannya yaitu dalam hidup ini setiap orang niscaya akan melewati cobaan, yang untuk melewatinya butuh kesabaran dan kekuatan hati.
Termasuk sebuah kesalahan, orang bau tanah selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, walaupun hal itu buruk bagi si anak.
Contoh sederhana, si anak minta dibelikan tas gres yang sedang trend, padahal si anak gres bulan kemudian membeli tas baru. Sehingga, kebiasaan ini membuat anak nantinya mempunyai sifat suka menghambur-hamburkan uang ketika dewasanya. Hal ini menjadi bumerang bagi si anak, akhir ulah orang tuanya sendiri yang berlebihan dalam memanjakan anak.
Ingat! Memanjakan boleh bahkan ‘harus’, yang dihentikan yaitu berlebihan dalam memanjakan anak. Karena membuat anak menjadi sosok yang lemah.
12. Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Anak
Ini yang juga tidak jarang terjadi, anak dipukul hingga memar, memarahi anak secara membabi buta, menghina harga diri anak, dan semacamnya. Hal ini sangatlah buruk kalau dilakukan orang tua. Bahkan, ketika sang anak tidak sengaja berbuat salah, maka tidak diberikan pemakluman / toleransi sama sekali. Terlalu keras dan kaku dalam mendidik anak, justru membuat anak sulit untuk menjadi sosok yang cerdas.
13. Orang Tua Tidak Mampu Untuk Mengasihi Dan Menyayangi Anak
Hal ini yang membuat anak akhirnya akan mencari kasih-sayang dan perhatian di luar rumah. Masalah ini sangat sering terjadi. Yang akhirnya menjadi faktor terbesar yang menjadikan anak terjerumus dalam jurang pergaulan bebas, minuman keras dan nark*ba.
Oleh alasannya yaitu itu, seorang bapak selain harus ahli dalam mencari uang, juga harus ahli dalam menunjukkan kasih sayang pada anak-anaknya.
14. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ini kebalikan dari orang bau tanah yang boros. Seorang bapak yang pelit, selain menyengsarakan dirinya juga menyengsarakan keluarganya, alasannya yaitu kebijakan ‘pelitnya’ juga diterapkan pada istri dan anak-anaknya. Hal ini menjadikan anak-anaknya akan tidak terpenuhi kebutuhan pentingnya. Hal inilah yang memicu belum dewasa berpikir untuk mencuri uang.
15. Orang Tua Minim Pehahaman Tentang Ajaran Agama
Wajib bagi orang bau tanah menunjukkan pendidikan agama secara benar pada anak-anaknya. Anak-anak harus diajarkan untuk bisa mengenal tuhan yang membuat dirinya, yaitu Allah yang Maha Besar. Sehingga anak menjadi sosok yang taat kepada Allah.
Bagaimana seorang bapak bisa mengajari ilmu agama pada anaknya, kalau dirinya saja tidak bisa membaca Al-Quran dan tidak mengetahui pokok-pokok agama?
Sebuah kesalahan fatal orang bau tanah yang hanya memperhatikan jasmani anaknya saja. Karena kebutuhan buhan hanya jasmani, tetapi juga hati perlu diberikan gizi berupa pemikiran agama yang benar.
Sehingga orang bau tanah yang tidak mengajarkan pemikiran Agama Islam kepada anaknya dengan benar, hakekatnya orang bau tanah belum menunjukkan APA-APA pada anaknya.
Tidak sedikit orang bau tanah yang terus mengulang kesalahan secara turun-temurun, mengulang kesalahan dalam mendidik anak sebagaimana kesalahan orang tuanya dahulu dalam mendidik dirinya
Sumber gambar: Maxpixel.Freegreatpicture.com |
Kalau melihat banyak sekali fakta yang ada di lapangan ada banyak sekali kesalahan-kesalahan orang bau tanah dalam mendidik anak. Sehingga hal ini menjadi “dosa” orang bau tanah kepada anaknya sendiri. Berikut saya sebutkan dosa-dosanya itu:
1. Orang Tua ‘Pelit’ Memberi Pujian
Seorang pakar parenting menyebutkan bahwa kerusakan negara ini sekarang, berasal dari rumah. Banyak orang bau tanah tidak sabaran terhadap anaknya, dan seringkali salah dalam bersikap yang benar. Contohnya yaitu orang bau tanah mengancingkan baju anaknya, padahal anak butuh diajarkan dan dilatih untuk mengancingkan baju sendiri.
Selain itu, banyak orang bau tanah yang justru dirinya yang mengerjakan PR sang anak. Perbuatan orang bau tanah menyerupai ini menjadikan tidak menumbuhkan rasa percaya diri anak. Sikap ini yaitu sebuah kesalahan, yang bisa fatal alhasil bagi perkembagnan jiwa anak.
Lihatlah ketika anak didorong untuk mencoba mengancingkan baju sendiri, dirinya akan sangat besar hati dan senang ketika berhasil mengancingkan baju sendiri. Perhatikan ketika anak dengan bahagianya menyampaikan “Mama dari lima kancingku, saya bisa dua”. Orang bau tanah akan melihat pancaran di wajah anaknya yang berseri-seri.
Banyak orang bau tanah yang tidak sabar melihat anaknya yang sedang berguru memasang kancing. Sehingga dari sifat negatif orang bau tanah inilah, yang memicu banyak orang bau tanah pelit memberi kebanggaan pada anaknya. Padahal kebanggaan sangat diharapkan untuk memotivasi anak biar terus berkembang dan bersemangat.
Kalau dilihat praktek di lapangan, maka sangat jarang orangtua yang ‘berkenan’ untuk menggerakan lidahnya memberi kebanggaan pada anak.
Bahkan, lebih buruk lagi, banyak orang bau tanah yang justru ‘semangat’ sekali untuk mencela dan menghina anak ketika mereka melaksanakan kesalahan. Ini terperinci tidak adil dan tidak seimbang.
2. Berlebihan Dalam Meberikan Pujian
Menurut sebuah penelitian, menemukan sebuah fakta bahwa orang bau tanah yang terlalu sering memuji anak bisa membuat tumbuh kembang anak menjadi berjalan lambat.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan peneliti dari Universitas Inggris, Amerika dan Belanda, mengungkapkan bahwa terlalu sering memuji pada anak yang pemalu, bisa membuat jiwanya tertekan.
Demikian juga terlalu sering memuji anak yang mengalami kepercayaan diri yang rendah, juga membuat anak sangat tertekan. Kondisi anak tertekan ini terjadi akhir orang bau tanah menunjukkan kebanggaan secara tidak sempurna dan tidak sesuai porsinya.
Dimana kebanggaan yang diterimanya justru membuat anak akan berpikir harus tampil lebih baik, kondisi ini berimplikasi pada kondisi jiwa anak yang sulit berkembang dan takut pada tantangan.
Hasil penelitian telah menunjukkan sebuah kesimpulan, bahwa terlalu sering dan berlebihan dalam menunjukkan kebanggaan pada anak, tidak efektif untuk perkembangan kemampuan dan jiwa anak.
3. Orang Tua Memberikan Pernyataan Negatif
Seringkali orang bau tanah murka dan tidak sanggup mengontrol emosinya ke anak. Misalnya orang bau tanah ingin anak ikut bahan ekstrakurikuler tertentu, ketika anak menolak maka serta merta orang bau tanah menyemprot anak dengan perkataan yang tajam, menyerupai “Kamu menyerupai orang yang pemalu!”, “Kamu begitu malas!” dan semacamnya.
Bentuk pernyataan yang menyerupai ini akan melukai hati anak, yang akan terus anak rasakan dalam waktu yang panjang. Hendaknya orang bau tanah menyampaikan bentuk pernyataan yang positif.
Ganti perkataan negatif berupa: “Kamu bodoh!”; diganti dengan “Jika kau berguru rajin, kau akan mendapat nilai yang lebih baik. Sebetulnya kau bisa untuk melakukannya.”
4. Orang Tua Terlalu Sering Memaksakan Kehendak
Belumlah tentu kehendak orang bau tanah bisa sama harapan anak. Sehingga sebuah kesalahan kalau orang bau tanah terlalu memaksakan kehendak pada anaknya. Respon anak yang umum terjadi ketika anak sering dipaksa pada hal yang dibencinya, yaitu anak akan melaksanakan perlawanan pada orang tuanya.
Sebuah kesalahan besar ketika anak tidak pauh kepada orang tuanya, akan tetapi hal yang lebih buruk lagi ketika orang bau tanah sendiri yang justru menjadi penyebab anak durhaka.
Jika oang bau tanah ingin memaksakan sesuatu pada anak, maka penting untuk dipertimbangkan terlebih dahulu, “Apakah hal yang ingin dipaksakan ini yaitu sesuatu yang darurat atau tidak?”
Jika Anda memaksa anak untuk melaksanakan sesuatu hal yang tidak penting, maka ini sebuah kesalahan besar. Sebelum memaksa anak, orang bau tanah juga harus menyiapkan alasan kuat yang sanggup memuaskan harti anak. Orang bau tanah bisa mematahkan argumentasi naak secara cerdas dan bijak.
Adapun kalau orang bau tanah memaksa anak hanya alasannya yaitu egoisme semata, maka ini sebuah kekonyolan yang jangan hingga dilakukan.
Akibat orang bau tanah terlalu sering memaksa anak sanggup menjadikan anak sulit untuk mempunyai pendirian yang kuat.
Anak yang sering menuruti kehendak orang bau tanah dalam kondisi takut, dimana anak kesulitan untuk mengungkapkan gagasannya. Hal ini menjadikan anak cenderung tidak punya pendirian, sehingga sifatnya yaitu menuruti semua kehendak orang lain.
Masalah ini akan terus berlanjut hingga dewasa, anak akan kesulitan dalam bergaul dengan orang-orang, serta akan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini membuat karakternya lemah, dan sulit menjadi seorang pemimpin walaupun itu hanya pemimpin dalam sebuah kelompok kecil.
Bahaya lainnya dari anak yang terlalu sering dipaksa oleh orang tuanya, yaitu anak juga akan mempunyai sifat memaksa, hal ini akan diterapkan kepada lingkungnnya, baik itu teman-temannya, orang tuanya dan adiknya.
Sebagai pola kesalahan orang tua, yaitu orang bau tanah terlalu memforsir les pelajaran kepada anaknya, dimana anak DIPAKSA untuk les semua mata pelajaran, sehingg anak dalam setiap hari selalu ikut les.
Anak setiap hari harus berangkat les, walaupun sang anak terlihat sangat jenuh dan tidak kuat, tetapi orang bau tanah terus memaksa. Hal ini bisa mengakibatkan anak beresiko tinggi mengalami stres, alasannya yaitu anak dipaksa untuk melaksanakan hal-hal yang tidak disukainya.
Lain halnya kalau anak sendiri yang suka dan bersemangat untuk les setiap hari, dari pagi hingga malam terus bersemangat belajar. Maka hal ini, bukan orang bau tanah yang memaksa.
Loading...
5. Orang Tua Menyuruh yang Tidak Dilakukannya
Hal yang sangat disayangkan, seringkali orang bau tanah menunjukkan perintah yang ‘tidak bermakna’ kepada anaknya, dimana perintahnya tidak diimbangi dengan keeladanan. Sebagai pola yang lucu sekaligus ngeselin, seorang bapak melarang anaknya yang masih Sekolah Menengah Pertama merok*k. Akan tetapi si bapak malah menghabiskan dua bungkus rok*k dalam sehari.
Contoh lainnya, seorang ibu menyuruh anaknya belajar, tetapi dirinya sendiri malah menonton TV program infotaiment atau sinetron.
Perlu diketahui orang tua, seorang anak tidak akan bisa menyerupai yang diinginkan orang tuanya, apabila orang tuanya sendiri tidak mempraktekan hal-hal baik di depan anaknya sendiri.
Bagi anak, sebuah praktek konkret akan jauh lebih kuat daripada hanya berupa perintah dan ceramah. Sehingga jadilah orang bau tanah yang lidahnya yaitu hatinya, serta ucapannya yaitu perbuatannya.
Dalam sejarah perjalanan umat manusia, orang bau tanah berhasil dalam mendidik anak berkat didikan berbentuk praktek keteladan eksklusif pada anaknya.
6. Memberi Label Buruk pada Anak
Hal ini yang sering terjadi secara tidak sadar pada orang tua. Dimana tidak jarang orang bau tanah mengucapkan kalimat-kalimat ‘berbahaya’ yang merendahkan diri sang anak. Sebagai pola menyampaikan bahwa anak bodoh, goblok, gak ada gunanya dan banyak sekali kalimat menyakitkan lainnya.
Hal yang sangat jelek, yaitu orang bau tanah menunjukkan cap pada anaknya dengan cap yang sangat buruk. Akibat anak sering dihina dan direndahkan maka anak akan menjadi sosok yang rendah diri dan tidak percaya diri.
Sebuah kesalahan besar orang tua, menjadikan anaknya tumbuh dengan ‘sejuta’ pikiran negatif. Adapun yang diharapkan anak yaitu kata-kata motivasi yang akan menyemangatinya.
7. Orang Tua Melarang Anak Menangis
Ketika anak mengalami suatu problem hingga anak menangis, baik problem yang besar maupun problem sepele berdasarkan versi orang tua. Banyak kesalahan dilakukan orang bau tanah ketika kondisi menyerupai ini.
Ketika anak menangis, dimana kondisi kejiwaan anak sedang tertekan, labil dan tidak tenang. Maka seringkali orang bau tanah jusru memarahinya kemudian meminta anak untuk berhenti menangis.
Ini sebuah kesalahan... Hindari menyampaikan atau mecela anak cengeng dan semacamnya. Kemudian orang bau tanah tidak perlu memaska anak untuk berhenti menangis. Hal itu alasannya yaitu ketika menangis, hakekatnya anak sedang menumpahkan perasaannya, sehingga nantinya hatinya lega. Lagi pula sehabis capek, anak akan berhenti menangis.
Menangis yaitu sesuatu yang masuk akal bagi manusia. Sehingga jangan hingga orang bau tanah menanamkan pemahaman absurd pada anak bahwa menangis yaitu sesuatu yang tabu. Padahal menangis itu --seperti dikatakan psikolog-- merupakan verbal dari emosi tertentu yang dimiliki oleh setiap manusia.
Yang perlu dilakukan orang bau tanah yaitu menayakan dengan hening ihwal penyebab sang anak menangis. Lalu berikan rasa simpati padanya.
8. Membanding-bandingkan Anak Dengan Anak Lainnya
Membandingkan anak sendiri bahwa anak tetangga lebih baik dari dirinya, ataupun menyampaikan “Lihat kakakmu nilainya bagus-bagus, Kamu jeblok semua nilanya? Dan kalimat semacanya.
Anak yang suka dibanding-bandingkan dengan anak lainnya yang lebih cerdik atau manis nilainya, maka dirinya akan merasa menyerupai tidak diterima oleh orang tuanya sendiri. Hal ini berbahaya, alasannya yaitu anak akan merasa tidak senang di tengah keluarganya sendiri.
Sehingga akhirnya anak mencoba mencari daerah ‘kebahagiaan’ di luar rumah. Anak akan rentan dengan tempat-tempat buruk, menyerupai berada di daerah nogkrong gak terperinci dan merusak, anak merok*k, alk*hol, nark*ba, dll.
9. Orang Tua Menumbuhkan Rasa Takut & Minder Pada Anak
Tidak jarang orang bau tanah yang menunjukkan citra menakutkannya ihwal hantu, jin dan lainnya. Hal ini tidak baik, alasannya yaitu bia mengakibatkan anak tumbuh menjadi sosok seorang yang penakut. Bahkan ada anak yang takut pada bayangannya sendiri. Hal ini akan sangat merugikan proses tumbuh kembang anak.
Yang sering terjadi, anak takut ke kamar mandi alasannya yaitu mendengar kisah hal-hal yang khurofat atau tidak benar. Contoh lainnya ketika anak terluka, maka jangan membuat panik yang membuat anak semakin ketakutan psikologisnya. Hendaknya orang bau tanah tetap hening dan menampakkan wajah yang kalem.
10. Mendidik Anak Menjadi Sosok yang Sombong dan Keras Hati
Kesalahan di poin ke-10 ini yaitu kebalikan dari kesalahan orang bau tanah yang menjadikan anak menjadi penakut. Kesalahannya yaitu orang bau tanah ‘mendoktrin’ anak bahwa orang yang berani maka harus bersikap sombong atau congkak.
Yang benar yaitu perilaku berani harus pada tempatnya, demikian juga rasa takut pada tempatnya yang tepat.
Misalnya takut berbohong, maka hal ini benar dilakukan alasannya yaitu bohong merupakan ‘kegelapan’ dosa besar. Hal ini termasuk bohong yang hanya alasannya yaitu ingin bergurau / becanda saja, maka ini juga dihentikan (sebagaimana yang tercantum pada hadist Nabi).
Adapun anak dididik menjadi berani pada hal-hal yang seseorang harus berani padanya, menyerupai anak dihentikan takut untuk maju ke depan kelas, tidak takut mengungkapkan pendapatnya yang bagus, dan semacamnya.
11. Membiasakan Anak-Anak Hidup Manja dan Berfoya-Foya
Anak yang tumbuh dalam kemewahan maka dirinya hanya mengenal bersenang-senang saja. Hal ini tidaklah baik, alasannya yaitu dalam hidup ini setiap orang niscaya akan melewati cobaan, yang untuk melewatinya butuh kesabaran dan kekuatan hati.
Termasuk sebuah kesalahan, orang bau tanah selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, walaupun hal itu buruk bagi si anak.
Contoh sederhana, si anak minta dibelikan tas gres yang sedang trend, padahal si anak gres bulan kemudian membeli tas baru. Sehingga, kebiasaan ini membuat anak nantinya mempunyai sifat suka menghambur-hamburkan uang ketika dewasanya. Hal ini menjadi bumerang bagi si anak, akhir ulah orang tuanya sendiri yang berlebihan dalam memanjakan anak.
Ingat! Memanjakan boleh bahkan ‘harus’, yang dihentikan yaitu berlebihan dalam memanjakan anak. Karena membuat anak menjadi sosok yang lemah.
12. Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Anak
Ini yang juga tidak jarang terjadi, anak dipukul hingga memar, memarahi anak secara membabi buta, menghina harga diri anak, dan semacamnya. Hal ini sangatlah buruk kalau dilakukan orang tua. Bahkan, ketika sang anak tidak sengaja berbuat salah, maka tidak diberikan pemakluman / toleransi sama sekali. Terlalu keras dan kaku dalam mendidik anak, justru membuat anak sulit untuk menjadi sosok yang cerdas.
13. Orang Tua Tidak Mampu Untuk Mengasihi Dan Menyayangi Anak
Hal ini yang membuat anak akhirnya akan mencari kasih-sayang dan perhatian di luar rumah. Masalah ini sangat sering terjadi. Yang akhirnya menjadi faktor terbesar yang menjadikan anak terjerumus dalam jurang pergaulan bebas, minuman keras dan nark*ba.
Oleh alasannya yaitu itu, seorang bapak selain harus ahli dalam mencari uang, juga harus ahli dalam menunjukkan kasih sayang pada anak-anaknya.
14. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ini kebalikan dari orang bau tanah yang boros. Seorang bapak yang pelit, selain menyengsarakan dirinya juga menyengsarakan keluarganya, alasannya yaitu kebijakan ‘pelitnya’ juga diterapkan pada istri dan anak-anaknya. Hal ini menjadikan anak-anaknya akan tidak terpenuhi kebutuhan pentingnya. Hal inilah yang memicu belum dewasa berpikir untuk mencuri uang.
15. Orang Tua Minim Pehahaman Tentang Ajaran Agama
Wajib bagi orang bau tanah menunjukkan pendidikan agama secara benar pada anak-anaknya. Anak-anak harus diajarkan untuk bisa mengenal tuhan yang membuat dirinya, yaitu Allah yang Maha Besar. Sehingga anak menjadi sosok yang taat kepada Allah.
Bagaimana seorang bapak bisa mengajari ilmu agama pada anaknya, kalau dirinya saja tidak bisa membaca Al-Quran dan tidak mengetahui pokok-pokok agama?
Sebuah kesalahan fatal orang bau tanah yang hanya memperhatikan jasmani anaknya saja. Karena kebutuhan buhan hanya jasmani, tetapi juga hati perlu diberikan gizi berupa pemikiran agama yang benar.
Sehingga orang bau tanah yang tidak mengajarkan pemikiran Agama Islam kepada anaknya dengan benar, hakekatnya orang bau tanah belum menunjukkan APA-APA pada anaknya.
0 Response to "Masa Depan Seorang Anak Tergantung Kepada Orang Tua, Benarkah ?"
Post a Comment